Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar tewas ditembak rekan kerjanya Kabag Ops AKP Dadang Iskandar. Sebelum insiden penembakan itu, AKP Ryanto berkeinginan berhenti dari polisi.
Cerita itu disampaikan Cristina Yun Abubakar, ibu dari almarhum AKP Ryanto. Dia menyebut anaknya pernah menyampaikan keinginan mundur, tapi dilarangnya.
“Dia pernah bilang begini sama saya, kalau tidak salah tiga bulan yang lalu, ‘Mama, saya mau tanya sama Mama. Seandainya saya keluar dari polisi, apa Mama mengizinkan?’
Cristina kemudian melarang niat anaknya untuk mundur dari polisi. Dia bilang, menjadi polisi adalah berkat dari Tuhan yang harus disyukuri apalagi Ryanto berhasil menjadi polisi tanpa embel-embel apapun.
“Jadi, saya bilang, ‘Jangan, Nak! Jangan keluar dari polisi! Itu masa depanmu. Itu kebaikan Tuhan buat kamu. Kamu bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, tapi bisa lulus. Jadi, syukuri apa yang Tuhan berikan!’,” lanjutnya.
Saat itu Ryanto, kata Cristina, tidak menjelaskan secara rinci alasan mau mundur dari polisi. Namun, dia menduga anaknya mungkin menghadapi tekanan di tempat tugas.
“Tidak (dia tidak sampaikan ada tekanan). Dia cuma bilang, ‘Iya, Ma. Terima kasih banyak. Nanti saya cerita. Nanti saya cerita lagi’,” bebernya.
“Setelah itu saya WA (chat di WhatsApp), ‘Nak, apa pun masalahnya, datang sama Tuhan. Berdoa, minta kekuatan dari Tuhan. Karena hanya Tuhan yang mampu tolong kita. Mama selalu ada untuk kamu. Harus kuat’. Jadi, memang setelah itu saya selalu galau. Anakku di sana pasti dalam tekanan mungkin,” sambungnya.
Cristina kemudian mengenang video call terakhirnya dengan AKP Ryanto dua hari sebelum kabar duka tiba. Kata dia, kebiasaan video call sudah mendiang lakukan sejak dahulu.
“Saya video call sama anak saya dua hari yang lalu. Dia sering video call. Dengan adik-kakaknya. Itu selalu dengan ponakan-ponakannya,” katanya.